Image default
Akuntansi

Bisnis Profesional! Inilah Prinsip Dasar Akuntansi yang Wajib Dipelajari

Dalam membangun sebuah bisnis profesional, hal yang wajib dipelajari salah satunya adalah prinsip dasar akuntansi. Ilmu ini sangat penting untuk Anda kuasai, demi kelancaran dan pengembangan bisnis. Artikel ini akan membantu kamu mempelajari prinsip dasar akuntansi ini.

Prinsip Dasar Akuntansi yang Wajib Dipelajari

Prinsip Dasar Akuntansi adalah
Source: Pexels.com

Prinsip akuntansi merupakan sebuah aturan atau pedoman yang harus diikuti oleh sebuah perusahaan maupun siapa saja yang menggunakan atau menerapkan ilmu akuntansi dalam melaporkan data keuangan. 

Aturan-aturan ini berguna untuk memudahkan pengguna dalam pemeriksaan data keuangan dengan standarisasi istilah maupun metode hitung yang harus digunakan akuntan. Sehingga diasumsikan laporan keuangan dapat tersampaikan oleh pengguna atau auditor saat audit.

Secara garis besar laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memantau kondisi keuangan sebuah bisnis melalui beberapa laporan yang ada. Tak heran bila saat penyusunan laporan akuntansi diperlukan data yang akurat dan terperinci, untuk menjaga tingkat kevalidan laporan. 

Dengan menerapkan prinsip dasar akuntansi yang terstruktur dan sama, maka laporan keuangan pun akan mudah untuk dipahami dan dibaca. Terutama bagi beberapa pemangku wewenang kekuasaan, auditor, dan juga investor atau pemegang saham.

prinsip akuntansi di Indonesia yang berlaku adalah prinsip yang dibuat oleh IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), yang memiliki tugas mengatur peraturan dan kebijakan akuntansi di Indonesia. Dengan menerapkan prinsip akuntansi ini, diharapkan bisnis terhindar dari terjadinya perbedaan atau permasalahan akuntansi.

Selain itu prinsip ini akan membantu para investor, pihak eksternal maupun internal dalam memahami kondisi perusahaan saat ini. Dengan menyelaraskan prinsip penulisan angka-angka, yang tersedia pada laporan keuangan perusahan tersebut. 

Tujuan Penggunaan Prinsip Dasar Akuntansi

Tujuan Prinsip Dasar Akuntansi
Sumber by Pexels

Prosedur akuntansi yang melalui proses pemerataan dari IAI ini dikenal dengan nama PABU (Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum). Adapun beberapa tujuan penerapannya ditetapkannya adalah beberapa tujuan ini: 

  • Untuk menciptakan kesesuaian atau pemerataan akuntansi di seluruh Indonesia. 
  • Dengan menggunakan prinsip dasar akuntansi, laporan keuangan perusahaan lebih tertata dan mudah dipahami.
  • Agar persepsi dan pandangan bisa muncul secara objektif 
  • Menghindarkan dari permasalahan dikemudian hari.

Beberapa Prinsip Dasar Akuntansi yang Harus Dipelajari

Jenis Prinsip Dasar Akuntansi
Sumber by Pexels

Dalam pembuatan laporan akuntansi pada sebuah bisnis, setidaknya akuntan perusahaan harus mempelajari beberapa prinsip dasar akuntansi ini.

1. Economic Entity Principle (Prinsip Entitas Ekonomi)

Prinsip pertama dapat didefinisikan sebagai kesatuan usaha, yang terpisah atau berdiri sendiri. Maksud dari berdiri sendiri, adalah aset perusahaan harus dipisah dengan aset pribadi. 

Hal ini mencakup aset atau kekayaan perusahaan saja, namun juga pada cash flow, laba rugi, hingga utang atau tanggungan perusahaan. Sehingga memungkinkan pencatatan keuangan suatu perusahaan dapat menggambarkan kondisi keuangan yang sesungguhnya.

2. Period Principle (Prinsip Periode Akuntansi)

Berikutnya ada prinsip dasar akuntansi yang sering dikenal dengan prinsip kurun waktu, dengan asumsi penilaian maupun laporan keuangan pada sebuah bisnis terbatas waktu. 

Hal ini memiliki tujuan untuk menghasilkan laporan yang lebih mudah dibaca dan lebih terukur dengan lebih baik. Prinsip periode akuntansi adalah kurun waktu yang menjadi frame atau ruang lingkup pembuatan laporan keuangan. 

Dalam pengaplikasiannya laporan harus dituliskan dengan jelas, terutama pada periode waktu hitung. Umumnya periode laporan dibuat dalam frame waktu bulan maupun tahun yang  berisi seluruh aliran keuangan yang terjadi dalam kurun waktu tersebut.

3. Monetary Unit Principle (Prinsip Satuan Moneter)

Pada prinsip dasar akuntansi satuan moneter, pencatatan transaksi hanya dinyatakan dalam bentuk mata uang tanpa melibatkan hal-hal non kuantitatif. Semua pencatatan bersifat terbatas pada segala pengukuran yang dinilai dengan satuan mata uang.

Hal tersebut terjadi karena pada prinsip ini muncul pemahaman bahwa hal berbau kualitatif (mutu, prestasi, dan sebagainya) tidak akan dianggap relevan sebagai satuan penghitungan. Satuan seperti lembar saham dan unit aset tidak akan dapat dilaporkan, kecuali sudah di convert dalam satuan mata uang.

4. Going Concern Principle (Prinsip Kesinambungan Usaha)

Prinsip ini menganggap bahwa sebuah entitas ekonomi atau bisnis akan berjalan secara terus-menerus atau berkesinambungan, tanpa ada pembubaran atau penghentian usaha. Hal tersebut akan terus terjadi kecuali terjadi sebuah peristiwa tertentu, yang memiliki indikasi dapat menyebabkan pemberhentian bisnis.

5. Historical Cost Principle (Prinsip Biaya Historis)

Historical cost adalah prinsip yang adanya pencatatan transaksi keuangan atas sebuah barang, yang sudah didapatkan oleh sebuah perusahaan. Pencatatan keuangannya pada prinsip ini, dilakukan berdasarkan pada berbagai biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang tersebut.

Apabila ada proses tawar menawar, maka harga yang dicatat adalah harga yang akhir saat perusahaan membeli barang. Misal perusahaan mengadakan pengadaan beberapa komputer dengan total harga mencapai 60 juta, karena pembelian dalam jumlah banyak perusahaan meminta potongan harga.

Jika penjual memberikan harga misalnya Rp 58 juta, maka yang kemudian tercatat dari transaksi tersebut adalah pengeluaran sebesar Rp 58 juta. 

6. Full Disclosure Principle (Prinsip Pengungkapan Penuh)

Pada prinsip ini perusahaan dituntut untuk menyajikan informasi,dengan format laporan keuangan yang mempunyai prinsip pengungkapan informasi secara penuh. Sehingga  dapat memunculkan laporan yang informatif serta dimaklumkan sepenuhnya. 

Jika terdapat informasi yang tidak termuat pada laporan tersebut, maka perusahaan tersebut harus menulis keterangan tambahan informasi. Tambahan tersebut dapat  berupa catatan kaki maupun lampiran pada laporan yang sama.

7. Revenue Recognition Principle (Prinsip Pengakuan Pendapatan)

Pendapatan biasanya muncul karena adanya inflasi atau kenaikan harga barang, sehingga keuangan yang diperoleh dari sebuah aktivitas usaha ikut terpengaruh. Pada prinsip ini pendapatan akan diakui apabila terjadi sebuah kepastian, mengenai kenaikan volume pemasukan yang diperoleh dari transaksi penjualan.

Pelaporan pendapatan akan diakui apabila kepastian jumlah atau nominalnya baik besar/kecil yang bisa diukur secara tepat, melalui harta yang diperoleh pada transaksi penjualan barang maupun jasa. Oleh karena itu harus ada bukti atau catatan terlampir sebagai pendukung prinsip pengakuan pendapatan ini berjalan.

8. Matching Principle (Prinsip Pencocokan/Mempertemukan)

Selanjutnya ada prinsip yang mengatur biaya tertentu, yang dipertemukan dengan pendapatan yang sudah diterima perusahaan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil dari laba yang diterima perusahaan. 

Prinsip ini sangat tergantung pada penentuan pendapatan, jika pengakuan pendapatan ditunda maka pembebanan pada biaya juga tidak bisa dilakukan. Contohnya pada transaksi yang memiliki riwayat pembayaran dimuka.

9. Consistency Principle (Prinsip Konsistensi)

Prinsip berikutnya adalah consistency principle, yang mengatur laporan keuangan yang disajikan harus selalu konsisten. Secara garis besar laporan tersebut tidak berubah dalam prosedur, metode, ataupun kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan. 

Dengan menggunakan prinsip ini, diharapkan akan memudahkan perusahaan untuk melihat dan membandingkan laporan keuangan. Tentunya perbandingan diambil dari setiap laporan yang dihasilkan pada beberapa periode sebelumnya.

10. Materiality Principle (Prinsip Materialitas)

Dalam prinsip terakhir ini, setiap pencatatan dan pengukuran informasi dapat dilakukan secara material atau bernilai nominal. Prinsip ini juga menentukan apakah sebuah laporan keuangan perlu ditulis ulang atau hanya dikoreksi saja.

Namun pada fakta dilapangan, tidak semua penerapan akuntansi itu mentaati teori yang ada. Maka tak jarang terjadi pengungkapan informasi yang sifatnya material dan juga  immaterial.

Nah itulah beberapa prinsip dasar akuntansi yang harus kamu pelajari, untuk mendukung sebuah bisnis yang kamu jalankan. Sangat penting dalam bisnismu, menerapkan seluruh prinsip yang ada.

Agar kamu tidak repot mempelajari semua prinsip secara mendalam, kamu bisa berlangganan aplikasi akuntansi online Accurate dari Meetsolutions. Karena aplikasi ini sudah membuat laporan secara otomatis, yang sudah mengikuti prinsip standar yang berlaku. Sehingga bisnismu akan lebih profesional lagi.

Related posts

Pengertian Akuntansi Menurut AICPA, Para Ahli serta Peranan Akuntansi

admin

Bisnis Lebih Barokah dengan Penerapan Sistem Akuntansi Syariah

admin

Manfaat dan Cara Mengembangkan Sistem Akuntansi Toko

admin